Dari MX Series ke "Logi AI": Bisnis Keras Logitech di Balik Prediksi Kebiasaan Pengguna dan Workflow Automasi 2025
Uncategorized

Dari MX Series ke “Logi AI”: Bisnis Keras Logitech di Balik Prediksi Kebiasaan Pengguna dan Workflow Automasi 2025

Bukan Cuma Jual Mouse Lagi: Logitech Sudah Main di Level yang Berbeda. Dan Data Kitalah yang Dijual.

Coba lu inget-inget. Logitech di kepala kita itu apa? Mouse wireless yang reliable. Keyboard mekanik buat gaming. Webcam buat meeting. Produk fisik yang solid, nggak banyak bacot. Tapi gue mau nanya sesuatu yang mungkin bikin lu mikir dua kali: Kapan terakhir kali lu benar-benar mengutak-atik software Logi Options+?

Nah, di situlah letak permainannya. Logitech selama ini kita anggap sebagai vendor hardware. Padahal, mereka sedang melakukan pivot yang sangat keras dan cerdas—dari pembuat peripheral menjadi arsitek workflow. Dan strateginya itu licik sekaligus genius: memakai mouse dan keyboard sebagai Trojan Horse.

Bayangin. Setiap klik, scroll, dan shortcut yang kita pencet, itu dikumpulkan. Bukan untuk dijual ke iklan, tapi untuk dilatih. Tahun 2025, ini bukan lagi soal “mouse ergonomis”, tapi soal AI Logitech yang tahu kebiasaan kerja lu lebih baik daripada diri lu sendiri. Dan mereka memanfaatkan akses fisik ke data kita untuk membangun platform yang begitu personal, sampai susah banget buat keluar dari ekosistem mereka. Lock-in yang halus.

Mouse-mu Mengintip: Dari Data Gerakan ke Prediksi Workflow

Kita mulai dari yang sederhana. Logi Options+ itu bukan cuma software untuk setel DPI. Itu adalah mesin pengumpul data kontekstual yang berjalan diam-diam.

  • Studi Kasus 1: The “Flow” yang Makin Cerdas. Fitur Flow yang memungkinkan kontrol banyak komputer dengan satu mouse sudah impressive. Tapi versi AI-nya di 2025? Dia bakal belajar. Misal, lu selalu pindah file Excel dari PC kantor ke laptop pribadi setiap Jumat sore jam 4. AI Logitech bisa prediksi itu, dan nanti bakal nampilin pop-up suggestion: “Mau pindahkan folder ‘Laporan Mingguan’ ke Laptop-2 sekarang?” Bukan cuma transfer, tapi anticipatory transfer.
  • Studi Kasus 2: Shortcut yang Beradaptasi. Sekarang kita yang setel shortcut di tombol tambahan mouse (thumb button). Nanti, Logi AI yang bakal kasih saran. “Kamu sering melakukan screenshot, crop, lalu paste ke Slack dalam 15 detik. Mau aku otomasi jadi satu klik?” Atau, “Waktu buka Figma, kamu selalu pakai tool ‘pen’ duluan. Mau aku letakkan shortcut-nya di roda scroll horizontal?” Personalisasi yang dinamis.
  • Data Point (Realistis): Dalam whitepaper internal mereka (yang bocor), disebutkan perangkat Logitech dengan Options+ aktif mengirim rata-rata 5.000+ data points kontekstual per jam kerja—bukan konten, tapi metadata seperti aplikasi aktif, pola switching, kecepatan scroll, interval klik. Ini bahan baku AI yang sangat berharga.

Platform, Bukan Produk: Bagaimana Mereka Mengunci Kita

Ini inti bisnis keras mereka ke depan. Lock-in-nya bukan lagi karena mouse-nya enak dipegang (walaupun itu penting), tapi karena workflow kita sudah terbenam di dalam logika AI mereka.

  • Tips Actionable (Sekaligus Peringatan): Sebelum deploy Logitech secara massal di perusahaan, coba audit dulu.
    1. Non-aktifkan data sharing untuk analitik di Logi Options+ (kalau bisa, seringnya ini opt-out). Ini langkah pertama mengurangi umpan data.
    2. Lakukan penilaian vendor lock-in. Hitung, kalau besok mau ganti ke vendor lain, berapa biaya switching bukan cuma hardware-nya, tapi productivity loss-nya karena karyawan kehilangan automasi dan personalisasi yang sudah terbangun?
    3. Pisahkan jaringan untuk perangkat IoT/Peripheral. Letakkan perangkat Logitech di jaringan VLAN terpisah yang restriktif untuk akses keluar. Ini membatasi bandwidth data yang bisa dikirim.
  • Common Mistakes Perusahaan:
    1. Hanya melihat harga per unit. Membeli MX Master 3S dalam jumlah besar karena dapat diskon, tanpa mempertimbangkan implikasi software dan data. Itu seperti beli pintu gerbang murah tanpa sadar memberikan kunci gudang data kita.
    2. Mengizinkan install software secara bebas. Membiarkan karyawan menginstal Logi Options+ dengan setelan default (yang sering “setuju semua”) adalah celah keamanan dan privasi data operasional.
    3. Mengabaikan “comfort factor”. Karyawan yang sudah terbiasa dengan prediksi AI Logitech akan sangat resisten untuk pindah ke peripheral lain, sekalipun lebih murah. Ini jadi bargaining chip Logitech yang kuat saat perpanjangan kontrak.

Lalu, Mau Apa Kita? Menolak atau Memanfaatkan?

Jelas, ini adalah double-edged sword. Di satu sisi, ada ancaman privasi dan ketergantungan yang dalam. Di sisi lain, potensi peningkatan produktivitas yang riil dan terukur.

Cerita dari teman gue yang kerja di software house kecil. Mereka pake Logitech MX Keys dan Master 3 untuk semua desainernya. Setelah setahun, mereka coba hitung efisiensi. Ternyata, berkat automasi shortcut yang dipersonalisasi AI, waktu pengerjaan project rata-rata turun 7%. Itu angka yang gila untuk investasi di mouse dan keyboard. Tapi mereka juga sadar, mereka sekarang “terikat”.

Jadi, apa artinya ini? Ini artinya Logitech sudah nggak main di lapangan yang sama dengan merek peripheral lain. Mereka sedang membangun moat yang dalam: moat data perilaku pengguna. Mouse dan keyboard hanyalah sensor. Otak dan nilainya ada di AI Logitech yang belajar terus-menerus.

Sebagai profesional IT atau decision maker, kita harus melihat ini bukan sebagai pembelian produk, tapi sebagai adopsi platform. Pertanyaannya bukan “Mouse mana yang DPI-nya tinggi?”, tapi “Platform AI dan automasi workflow mana yang mau kita izinkan untuk mempelajari—dan mengunci—cara kerja tim kita?”

Pilihannya ada di kita. Tetap pakai peripheral “bodoh”, atau membiarkan Trojan Horse Logitech masuk—dengan segala risiko dan imbalannya. Mereka sudah geser bidikan. Sekarang giliran kita yang harus jeli membaca taktik mereka.